Rabu, 21 November 2012

Melatih Psikososial Anak dengan Pemberian Makanan secara "Responsive Feeding"

Selamat siang pembaca Blog Gizi yang kami sayangi.. :)
Bagaimana hari Anda? semoga sehat selalu ya.. Aamiin.. :)

Saya mau tanya dulu ya, sebelum masuk ke tema utama tulisan ini: Apakah Anda sudah membaca artikel tentang Pedoman Pemberian Makan untuk Anak Usia 0-23 bulan yang saya tulis sebelumnya? Kalau belum Anda bisa membacanya (silakan klik di sini).

Sebelumnya saya ingin meluruskan dulu, bahwa proses makan pada anak itu adalah sebuah proses yang di dalamnya terkandung "pembelajaran" bagi anak Anda pada saat dewasa nanti. Anak ibarat kertas putih bersih yang "isi" di dalamnya kelak adalah apa yang Anda contohkan, apa yang Anda ajarkan sejak usia 0 bulan. Bahkan, 2 tahun di awal kehidupannya adalah masa-masa emas pembentukan karakter anak Anda.

Sebagian orang tua masih beranggapan bahwa "sudahlah, makan tinggal makan aja, yang penting anaknya gemuk dan sehat". Eitsss, jangan bahagia dulu melihat anak Anda gemuk dan chubby dan menurut Anda sehat. Tubuh gemuk bukan berarti sehat yaaaa, karena bisa jadi gemuknya si anak adalah karena kelebihan energi dan protein saja tetapi kurang zat gizi lain seperti vitamin dan mineral. Jadi, makan BUKAN HANYA sekedar memasukkan makanan ke dalam mulut, di dalamnya terdapat tujuan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi serta lebih dari itu yaitu untuk membentuk karakter anak sejak usia dini dari tahap pembelajaran serta pemberian kasih sayang kepada anak dimulai dari aktifitas MAKAN.

Nah, sesuai petunjuk dari seorang dokter spesialis anak (dokter yang sama yang hasil seminarnya saya tulis di artikel "5 Tatalaksana Demam pada Anak"), saya ingin membagi pengetahuan tentang "Cara Memberikan Makanan secara Responsive Feeding".


Kedekatan anak dengan ibu (keluarga) bisa dibentuk saat proses makan juga :)


Apa itu Responsive Feeding? 

Responsive Feeding adalah perilaku pemberian makan dengan menerapkan asuhan psikososial, diantaranya adalah:
  1. Buatlah anak tahu bahwa makan adalah program rutin keluarga, sebisa mungkin makan dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya.
  2. Berikanlah makanan secara langsung kepada anak, pelihara kontak mata Anda dengan buah hati Anda.
  3. Biarkan anak mempunyai meja/kursi makannya sendiri. Melatih anak makan sendiri (saat sudah bisa memegang sendok atau makanan, biasanya mulai saat berusia 8 bulan) di kurisnya sendiri akan melatih keterampilan si anak. Dengan demikian, anak akan belajar melatih kemampuan motoriknya. Biarkan saja tangan dan bajunya kotor, jika anak tidak kotor itu berarti dia tidak pintar karena dengan begitulah dia belajar. :)
  4. Ibu atau pengasuh sebaiknya memahami tanda anak lapar, jangan biarkan anak Anda menagis karena lapar. Begitu juga dengan rasa kenyang, Anda harus tahu tanda-tanda anak kenyang karena memaksa anak untuk menghabiskan makanannya saat sudah kekenyangan hanya akan membuatnya tahu jika proses makan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan karena "pemaksaan" Anda.
  5. Buatlah jadwal makan secara teratur, jangan memberikan makanan ringan ataupun jus dan susu dalam waktu 3-4 jam sebelum makan karena cenderung akan tidak menghabiskan makan utama si anak.
  6. Lama waktu makan kurang lebih adalah 30 menit. Ini melatih kecepatan makan anak Anda agar tidak terbiasa berlama-lama saat makan. Latih anak Anda dengan cara mengambil makanan anak Anda apabila tidak dihabiskan dalam waktu 30 menit (tentu saja dengan cara yang baik ya bukan dengan galak-galak kayak kalau lagi pendidikan militer, hehehe).
  7. Agar anak fokus makan selama tenggat 30 menit ini, maka upayakan jangan memberikan hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian si anak misalnya memberinya mainan. memberi mainan saat makan akan memperlama proses makan begitu juga makan sambil melihat televisi.
  8. Jika anak menolak makanan, itu artinya anak sudah mulai berkembang karena dia mulai bisa memilih/menentukan pilihan makanannya sendiri, jadi yang bisa Anda lakukan adalah melakukan variasi terhadap makanan untuk anak Anda lalu biarkan anak Anda memilih makanan.
Yak, itulah sedikit tentang Responsive Feeding. Sudah tahu kan sekarang bahwa dalam proses makan itu ada nilai-nilai psikososialnya bagi si anak? Bahwa makan bukan hanya sekedar memasukkan makanan ke dalam mulut si anak? 

Baiklah, semoga tulisan ini bermanfaat, semoga buah hati Anda sehat selalu ya.. :)



6 komentar:

  1. Belum baca isinya..tapi apresiasi setinggi2nya untuk seorang Irma Fatmasari, S. Gz..
    Terus berkarya sahabatku..

    dari awal.

    BalasHapus
  2. TErima kasih saudara Awal, sebenarnya dukungan pembaca sangat berarti bagi kelangsungan blog ini, tanpa pembaca blog bukanlah apa-apa, jadi minta tolong disebarkan juga ya.. hehe, terima kasih.. :)

    BalasHapus
  3. pengen nanya niy
    1. ada tanda yg lbh khusus gak saat anak lapar pun saat kenyang.? krn kl lihat lewat tangisan saja kdg masih bingung ini nangis krn apa.
    2. pemberian jus,makanan ringan tdk blh dilakukan 3-4 jam sblm mkn utama ya, terus sebaiknya diberikan saat kpn?
    terimakasih.

    BalasHapus
  4. akan saya coba jawab sebisanya ya Bunda :)
    1. Tanda khusus bayi lapar ada dalam artikel lain di blog ini dengan judul "Pedoman Pemberian Makan Anak Usia 0-23 bulan" coba dicek ya, menangis itu adl tanda akhir dari rasa lapar bayi, jika memang menangis karena sebab lain, tidak ada salahnya Bunda memberikan makanan (ASI) kepada anak namun jika diberi makan anak tidak berhenti menangis maka silakan cek jika ada sebab lain. Oiya, berkomunikasi antara Bunda dan bayi hanya bisa diketahui "secara khas" oleh Bunda, karena mengasuh anak itu adalah "seni" jadi hanya Anda sendiri yang tahu sebab lain anak Anda selain karena lapar.

    Tanda kenyang: anak memalingkan muka jika diberi makan (Gerakan Tutup Mulut/GTM), rewel/menangis saat diberi makan, tertidur.


    2. Pemberian 3-4 jam sebelum makan disebabkan karena anak akan merasa kenyang sehingga malas makan (dan akan mengganggu makan utama), sebaiknya berikan cemilan setelah makan utama (sekitar 2 jam setelah makan utama dan tentu saja melihat kemampuan/nafsu makan)anak Anda sendiri, karena hanya Bunda/orangtua yang tahu persis kondisi anaknya. :)

    Terima kasih ya Bun, semoga anaknya sehat selalu ;)

    BalasHapus
  5. mirip2 sama BLW ya ir?
    cuma pada BLW bayi diberikan kesempatan bebas mengeksplor makanannya...makanan yg diberikan pun dlm bentuk potongan2 & tdk melalui tahapan pure..
    aq br menyobakan ke anakku 'aisyah,,lucu bgd krn makanannya cm dimaenin(br perkenalan pertama sih)..
    hmm..bener bgd tuh ttg membiasakan anak makan bersama anggota kluarga yg laen & ada baiknya anak punya kursi sendiri..bayiku (5m28d) kliatan antusias di highchairnya melihat ortunya makan, sesekali kukasih potongan sayur (wortel) meski cm bwt maenan..yg penting adaptasi dulu lah,,sblm tepat 6bln nantinya..^^

    BalasHapus
  6. @Ummu 'aisyah: BLW apa ya Yul? aku blm paham malahan, hehe.. ya, sesuaikan saja dengan kemampuan anak, tidak harus melulu sesuai tahapannya yang terpenting adalah anak bisa menarima makanannya. :)

    BalasHapus